Tujuan Pelayaran Cheng Ho, Singgah di Cirebon Isi Bekal dan Bangun Mercusuar
NAMA Cheng Ho begitu melegenda. Di Cirebon, jejak nahkoda kapal asal Tionghoa ini dapat dilihat dari berdirinya mercusuar di Pelabuhan Kuno Muara Jati yang membentang dari Desa Suranenggala hingga Astana di Kecamatan Gunungjati.
Pegiat Sejarah Tionghoa, Jeremy Huang menceritakan, semasa hidupnya, Cheng Ho pernah melakukan 7 ekpedisi besar dari tahun 1405 sampai 1433. Armada-armada Cheng Ho berlayar tujuh kali ke Samudra Barat dan mengunjungi 33 negara di Asia dan Afrika.
Misi ekpedisi itu relevan dengan mempelajari secara ilmiah dunia maritim terdepan yang belum terpetakan. Dalam hal ini Cheng Ho membuka jalur internasional dari Tiongkok China sampai Afrika dan membuka jalan bagi jalur laut di antara Asia dengan Afrika.
“Armada Cheng Ho dilengkapi dengan berbagai jenis kapal, termasuk kapal pengangkut benda pusaka, kapal pengangkut kuda, kapal perang, kapal komando, kapal pengangkut padi dan gandum, serta kapal tangki air,” ujar Jeremy kepada Rakyat Cirebon, Senin (30/11).
Arah navigasi dan pelayaran armada itu dipandu oleh kompas dan geng sebutan bagi peralatan dan satuan untuk mengukur waktu dan jarak tempuh pelayaran. Serta sebuah timah berat dengan seutas tali dipakai untuk menguji kondisi laut dan mengukur kedalaman laut.
“Dari ekpedisi Cheng Ho terjadi pertukaran budaya antara Tiongkok dan bangsa bangsa Afrika dan Asia,” imbuh Jeremy.
Ekspedisi Cheng Ho dapat di bagi dalam tiga fase. Pertama, terbatas di sekitar Asia Tenggara dan Asia Selatan. Armada itu tidak melampaui Calicut di India. Di Calicut, Cheng Ho mempelajari Selat Hormuz yang menjadi pusat perdagangan utama bagi Asia barat, Eropa dan Afrika.
“Karena itu, dia berniat mengunjungi Hormuz dalam ekspedisi keempat. Ekspedisi terakhir berlayar lebih jauh hingga Afrika Timur,” kata dia.
Sampai pada momen, 1415 rombongan Laksmana Cheng Ho singgah di Muara Jati, Cirebon. Ma Huan, salah satu rombongan Laksmana Cheng Ho banyak menulis buku tentang kedatangan Cheng Ho di Cirebon.
Salah satu buku karangannya berjudul Ying Ya Sheng Lan. Dalam buku itu, Ma Huan menuliskan perkampungan warga Tionghoa di Sarindil, Talang dan Muara dua wilayah yang ada di Cirebon.
Ma Huan diperkirakan juga pernah singgah di Talang. Nama Talang berasal dari kata Sam Po Toa Lang artinya 3 orang yang dihormati yaitu Cheng Ho, Ma Huan dan Hasan. Konon katanya Ma Huan pernah datang mengunjungi Kelenteng Talang.
“Dulunya Kelenteng Talang adalah tempat singgah, tempat tinggal sementara para perantau dari Tiongkok. Ma Huan menamakan Muara Jati adalah Cheng Li Wen artinya sumber yang dalam,” ujar Jeremy.
Di saat yang sama, Kung Wu Bing, juga salah seorang anggota rombongan Ceng Ho membangun mercusuar di Muara Jati. Fungsi mercusuar ini, kata Jeremy, sebagai alat petanda titik sandar kapal-kapal pelayaran dunia. “Dan Tan Eng Hoat di tugaskan untuk menjaga dan merawat mercu suar muara jati,” tukas dia.
Selain meletakan milestone bagi kemajuan pelayaran, kedatangan Cheng Ho ke Muara Jati Cirebon juga untuk mengisi perbekalan. Sebelum akhirnya rombongan Cheng Ho meninggalkan Cirebon kemudian berlabu di Semarang, Jawa Tengah. (wan)
Sumber: